Demam Kedai Kopi Import
Sejak dulu, Indonesia adalah salah satu negeri penghasil kopi berkualitas prima di dunia selain Afrika, Arab, Brasilia. Konon, kopi pula yang menjadi salah satu magnet bagi para penjajah untuk menguasai Indonesia. Hingga kini pun, Indonesia telah mengekspor hasil kopinya ke banyak negara.
Menurut data tahun 2000 yang dihimpun oleh Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia (AEKI) dan Deperindag, jumlah total ekspor kopi yang dipasarkan mencapai 306.865 ton untuk jenis robusta, 27.187 ton arabika, 3.886 ton kopi tanpa kafein dan 176 ton kopi bubuk. Sedangkan jenis lainnya sekitar 1.263 ton kategori biji dan 1.510 ton kategori bubuk. Negara yang dituju yakni Timur Tengah, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Asia Timur.
Boleh jadi kopi-kopi impor yang dikemas dengan mewah itu berasal dari Indonesia. Coba dengar keterangan yang pernah didapat SH dari sebuah kedai kopi waralaba asing, ”Biji kopi asal Indonesia diekspor ke negara-negara asing, dikemas sedemikian rupa, lalu diberi merek dagang, kemudian dikirim kembali ke Indonesia.” Wah, perjalanan sepanjang itu kemudian membalikkan posisi Indonesia, dari pengekspor menjadi pengimpor.
Kini, tak cuma bubuk kopi berkemas mewah yang diimpor Indonesia. Bahkan, tempat minum kopi dari negara-negara Barat pun bermunculan di berbagai kawasan. Lihat saja di kawasan perkantoran dan perbelanjaan elite ibu kota, kedai-kedai kopi yang memiliki nama asing berjejer. Herannya, tempat-tempat ini selalu dipenuhi pengunjung. Kalau sudah begini, Indonesia sebagai penghasil kopi utama di dunia pun terlupakan sudah. Padahal, warung-warung kopi asli Indonesia masih tetap ada. Barangkali karena kopi disuguhkan dengan gelas belimbing, ditataki piring kecil putih, serta dihidangkan di meja panjang di hadapan tamu yang duduk di kursi pajang pula, warung kopi asli Indonesia ini jadi tampak tidak bergengsi. Bandingkan dengan kopi yang disajikan di kedai-kedai impor. Kopi disuguhi di mug berbentuk khas, atau setidaknya cangkir dengan tatakan yang serasi, tamu-tamu pun bisa duduk di kursi berlapis busa yang nyaman, ruangan ber-AC—sehingga keringat tidak mengucur deras. Jauh lebih bergengsi kan?
Kopi dan Hasrat
Nah, pencinta kopi-kopi dari kedai-kedai impor kini memiliki tambahan pilihan. Gloria Jean’s Coffees, yang telah berdiri di utara Chicago, Amerika Serikat, hadir di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan. Pembukaannya telah dilakukan pada tanggal 19 Oktober lalu, sekaligus ditandai dengan pre-party film 30 Hari Mencari Cinta produksi Rexinema yang pernah sukses dengan Jelangkung dan Tusuk Jelangkung.
Gloria Jean’s Coffees yang diprakarsai oleh Ed dan Gloria Jean Kvetko kala itu, meyakini bahwa coffee is our passion. Semua ini diwujudkan untuk para pencinta kopi melalui 48 variasi kopi pilihan termasuk berbagai kopi khas Indonesia. Jelasnya, faktor pendukung penting yang dijalankan kedai kopi ini antara lain berdasarkan pengalaman, variasi dan kualitas penyajian bagi masyarakat.
Menyangkut variasi dan kualitas, pencinta kopi di tanah air diharapkan bisa menyeruput sajian kopi sesuai selera. Selain itu, dipastikan pula kopi racikan Gloria Jean’s Coffees tanpa bahan kimia atau kafein. Bahkan kopi non-kafein yang disajikan terdapat 99 persen lebih bebas kafein.
Menurut sebuah pemberitaan pers, Gloria Jean’s Coffees telah mengembangkan bisnisnya dengan membuka sedikitnya 400 cabang di seluruh dunia. Di Jakarta antara lain mengambil tempat Cilandak Town Square, Mal Taman Anggrek dan Plaza Semanggi. Sementara ini dua tempat terakhir merupakan gerai terbesar di seluruh dunia yakni berlokasi di atas lahan masing-masing sebesar 255 dan 258 meter persegi. Pengembangan tidak hanya sampai di situ, sebab rencananya hingga akhir 2003 ini akan menyusul pula gerai lainnya semisal di Mal Puri Indah, Plaza Indonesia Extention dan Forum Senayan.
Melalui PT Penta Fili Investama, Gloria Jean’s Coffees ini dibawa masuk ke Indonesia. Menilai minat pasar pencinta kopi yang relatif besar di Indonesia, pihak perusahaan tersebut diwakili oleh President M.Taslim, menyampaikan cukup percaya diri dalam mengembangkan bisnis ini di Indonesia. Bahkan boleh jadi pengembangannya pun dinilai cukup agresif. Ini dilihat dengan dibukanya beberapa gerai dalam jangka waktu yang relatif berdekatan.
Kedai kopi dari luar negeri makin marak, mungkin pencinta kopi di tanah air sedang demam kopi ”bule” yang memang diakui atau tidak, terlihat apik mulai dari kemasan, kualitas, variasi penyajian hingga ke pilihan rasa. Dengan berkembangnya kedai kopi asing maka jumlah Barista (peracik minuman kopi, red) pun banyak bermunculan di tanah air, semisal Jakarta. Sementara ini kopi Indonesia yang dikemas di luar negeri masih disajikan oleh Barista lokal di kedai-kedai kopi waralaba asing. Dengan modal sebagai negeri penghasil kopi terbaik dunia, semoga dalam waktu dekat, kedai kopi kategori waralaba lokal yang berstandar internasional juga akan lebih termotivasi untuk hadir dan bertahan di tengah persaingan.
1 komentar:
di indonesia memang sudah sangat maju untuk para usahawan kecil-kecil seperti pada waralaba takoyaki yang peminatnya semakin banyak.
Posting Komentar